Senin, 02 Desember 2013

pengertian difusi dan model inovasi



Difusi Inovasi merupakan suatu proses pengkomunikasiaan inovasi melalui saluran-saluran teirtentu di kalangan anggota suatu system sosial. Difusi adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesan-pesannya mengenai ide-ide baru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan bersitukar informasi untuk mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini berarti bahwa adalah proses memadu (atau memisah) karena dua orang atau lebih bertukar informasi atau bersidekat (atau bersijauh) dalam memakai peristiwa-peristiwa teretentu.
Model difusi inovasi yang kemudian banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan. Pada awalnya ia terinspirasi dari pemikiran seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini menggambarkan bagaimana inovasi diadopsi dengan menggunakan dua sumbu, sumbu pertama menggambarkan tingkat adopsi sedangkan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.
Teori Difusi Inovasi adalah teori yang menjelaskan proses suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup :
1)      atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),
2)      jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),
3)      saluran komunikasi (communication channels),
4)      kondisi sistem sosial (nature of social system), dan
5)       peran agen perubah (change agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1.      Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2.      Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3.      Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4.      Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5.      Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Secara sederhana, teori ini diterapkan dalam kegiatan pelaksanaan kebijakan baru seperti konversi minyak tanah ke gas. Pemerintah sangat aktif mensosialisasikan betapa bermanfaatnya peralihan penggunaan bahan bakar ini bahkan menyediakan tabung gas berukuran 3,5 kg dengan harga terjangkau. Akan tetapi kebijakan ini tidak begitu mendapat respon positif karena adanya aspek sosial budaya masyarakat indonesia yang diabaikan bahkan kebijakan ini cenderung salah sasaran.